Minggu, 06 Maret 2011

dongeng issunboshi

Pada jaman dahulu, ada sepasang kakek dan nenek yang tidak mempunyai anak. Mereka berdoa dan meminta anak kepada Tuhan. Akhirnya mereka dikaruniai seorang anak, tetapi hanya sebesar jari kelingking saja. Kemudian anak itu dinamai “Issunboshi”. Mereka memberinya makan dengan baik, sehingga Issunboshi tumbuh dengan sehat.
          Suatu hari Issunboshi ingin pergi ke ibu kota Aira. Dia membawa jarum untuk senjata. Kemudian pergi melewati sungai dengan menaiki mangkuk. Akhirnya Issunboshi tiba di ibu kota. Kemudian Issunboshi pergi ke kediaman seorang penguasa. Penguasa tersebut tertarik dengan Issunboshi yang kecil dan kuat. Issunboshi pun bekerja di sana.
          Suatu hari, Tuan Putri, anak perempuan penguasa tersebut,  bermaksud pergi jalan-jalan. Issunboshi pun menjadi pengawalnya. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa tersebut membawa palu yang dapat mengabulkan keinginan. Dia bermaksud memakan Tuan Putri. Lalu Issunboshi bertarung dengan raksasa tersebut. Dia melompat dan masuk ke dalam mulut raksasa, lalu menyayat perut raksasa dengan jarumnya. Raksasa kesakitan dan memuntahkan Issunboshi. Raksasa itu lari dengan meninggalkan palunya.
          Issunboshi meminta Tuan Putri untuk meninggikan badannya. Ketika Tuan Putri memukulkan palunya, Issunboshi menjadi tinggi dan berubah menjadi pemuda yang gagah. Kemudian Issunboshi menikah dengan Tuan Putri. Keduanya hidup bahagia.

tradisi jepang

Bunraku

Seni pertunjukan yang menggunakan boneka dan diiringi musik.

Chanoyu

Upacara minum teh. Dalam upacara ini, diperlihatkan pembuatan teh dari teh dalam bentuk bubuk sampai menjadi minuman. Prosesnya sangat lama dan aturannya sangat ketat. Kita harus duduk bersimpuh selama kurang lebih 2 jam.

Hanami

Hanami adalah kegiatan menikmati bunga Sakura pada musim semi. Biasanya orang-orang bersama keluarganya makan-makan di bawah pohon Sakura. Terkadang untuk mendapatkan tempat yang sesuai, seseorang rela bergadang sebelum Hanami dimulai.

Ikebana

Seni merangkai bunga. Bunga dapat dirangkai sedemikian rupa menjadi suatu karya seni yang indah. Aliran Ikebana di Jepang sangat banyak. Karena itu, bermacam-macam pula keindahan yang dihasilkannya.

Kabuki

Seni teater tradisional Jepang di Jepang. Biasanya pemain Kabuki memakai tatarias yang mencolok dan berkostum mewah. Semua pemainnya adalah laki-laki.

Lebih sering terdengar Noh. Adalah drama musik Jepang klasik. Meskipun dinamakan drama musik, tetapi juga memakai tarian dan kata-kata.

Origami

Seni melipat kertas. Origami Jepang yang paling terkenal adalah Origami bangau (Orizuru). Katanya, bangau adalah simbol panjang umur. Karena itu, apabila bisa membuat 1000 buah Orizuru, orang tersebut akan panjang umur.

Shintō

Suatu aliran kepercayaan (agama) di Jepang. Agama terbesar kedua di Jepang setelah Buddha (Bukkyō). Umat Shintō bersembahyang di kuil yang disebut Jinja. Sedangkan umat Buddha bersembahyang di kuil yang disebut Tera.

Shodō

Seni menulis kaligrafi. Shodō berbeda dengan menulis huruf biasa. Shodō memiliki teknik khusus. Biasanya Shodō menggunakan kuas (fude) dan tinta Cina. Bahkan ada kuas yang panjangnya sekitar 1 meter untuk menulis di kertas yang besar.

dongeng kintaro

     Dahulu kala, tinggallah seorang anak yang bernama Kintaro bersama ibunya. Kintaro adalah anak yang kuat. Dia selalu membawa kapak. Suatu hari ketika sedang menebang pohon, seekor beruang menyerang Kintaro. Kintaro mengangkat beruang itu, lalu melemparnya. Melihat itu, para binatang tunduk pada Kintaro. Kintaro pun menjadi pemimpin para binatang.
         Ibu Kintaro setiap hari mengajari Kintaro untuk menjadi ksatria yang hebat. Suatu hari, Kintaro dan para binatang dibuatkan nasi kepal oleh ibu Kintaro. Mereka akan pergi bermain ke gunung. Di gunung mereka bermain Sumo. Semua hewan dikalahkan oleh Kintaro.
         Ketika akan pulang, mereka tiba di sebuah jurang yang tidak ada jembatannya. Kintaro merobohkan batang pohon dan menjadikannya jembatan. Kemudian Minamoto Raiko, pemimpin paling kuat di Jepang, melihat itu. Dia meminta Kintaro untuk menjadi anak buahnya. Kintaro mau, tetapi harus meminta ijin kepada ibunya. Kemudian Kintaro dan Minamoto Raiko pergi menemui ibu Kintaro. Ibu Kintaro mengijinkan Kintaro menjadi anak buah Minamoto Raiko.
         Akhirnya Kintaro menjadi anak buah Minamoto Raiko. Namanya pun diubah menjadi Sakatono Kintoki. Kintoki berpisah dengan para binatang dan pergi menuju ibu kota. Di kaki gunung Suzuka, ada papan bertuliskan bahwa orang yang bisa membasmi setan akan diberi hadiah. Kintoki menawarkan diri untuk menjadi pembasmi setan dan Minamoto Raiko memberikannya ijin.
         Kintoki masuk ke gua batu tempat tinggal para setan. Di dalam gua Kintoki menari. Raja setan senang karena Kintoki pintar menari. Kintoki yang telah membuat mereka lengah, tiba-tiba menyerang para setan dan mengalahkan mereka satu per satu. Raja setan pun dikalahkannya. Kintoki lalu mengikat Raja setan dan membawanya ke tempat Minamoto Raiko.
         Minamoto Raiko memuji Kintoki yang telah mengalahkan para setan sendirian. Dia memberikan pedang sebagai hadiah untuk Kintoki. Akhirnya Kintoki diangkat menjadi ksatria. Kintoki pulang ke gunung menemui para binatang dan ibunya. Ibunya senang melihat Kintaro telah menjadi ksatria yang gagah.

dongeng putri kaguya


      Pada jaman dahulu, hiduplah seorang kakek dan nenek. Pekerjaan sang kakek adalah mengambil bambu di hutan. Suatu hari, kakek melihat bambu yang bersinar. Dia memotongnya. Di dalamnya ada anak perempuan yang mungil. Kakek dan nenek merawat anak tersebut. Dalam waktu tiga bulan, anak itu telah menjadi putri yang sangat cantik. Putri itu kemudian dinamakan Putri Kaguya.
      Kecantikan Putri Kaguya tersebar kemana-mana. Banyak laki-laki yang ingin menikah dengan putri Kaguya. Tapi mereka semua ditolak. Meskipun begitu, lima pemuda bersikeras untuk menikah dengan Putri Kaguya.
      Putri Kaguya menyuruh mereka mencari barang yang langka, yaitu: Mangkuk Suci Buddha, Dahan Pohon Emas, Kulit Tikus Putih yang tidak bisa terbakar, Mutiara Naga, dan Kulit Kerang bercahaya milik burung walet. Tiga orang membawakan barang palsu, satu orang menyerah dan satu orang lagi mati. Mereka semua gagal. Berita kegagalan tersebut terdengar oleh Kaisar. Kaisar pun pergi menemui Putri Kaguya. Kaisar yang ingin menikahi Putri Kaguya pun menyerah.
      Pada suatu malam, Putri Kaguya menangis. Putri Kaguya mengatakan kepada kakek dan nenek bahwa dirinya bukan orang dari bumi. Pada tanggal 15 bulan tersebut, saat bulan purnama, dirinya harus pulang ke bulan. Identitas sebenarnya Putri Kaguya disampaikan kepada Kaisar. Kaisar pun mengutus para prajurit untuk melindungi Putri Kaguya dari jemputan orang-orang bulan. Tetapi mereka tidak mampu melindungi Putri Kaguya.
      Sebelum berangkat ke bulan, Putri Kaguya memberikan obat hidup kekal kepada kakek dan nenek serta Kaisar. Tapi obat itu dibakar oleh Kaisar di atas gunung karena merasa tidak ada gunanya hidup kekal tanpa Putri Kaguya. Kemudian gunung itu dinamakan gunung “Fushi” (=tidak bisa mati). Sekarang gunung itu berubah nama menjadi gunung Fuji.

festival jepang

Obon

Festival atau tradisi orang Jepang untuk merayakan kedatangan arwah leluhur. Obon dilakukan setiap tanggal 15 Agustus, tapi ada juga yang merayakannya tanggal 15 Juli.. Orang Jepang percaya bahwa roh orang yang telah mati akan mengunjungi keluarganya setiap 2 tahun sekali. Kesempatan ini juga dijadikan orang-orang untuk pulang kampung. Untuk menutup perayaan Obon biasanya orang-orang menarikan tarian Bon’odori bersama-sama.

Tanabata

Disebut juga festival bintang. Festival ini juga dilakukan di China dan Korea. Dirayakan setiap tanggal 7 Juli. Perayaan ini berkaitan dengan cerita Gadis Penenun dan Laki-laki Penggembala yang saling mencintai. Mereka diijinkan menikah oleh Raja Langit. Tapi setelah menikah mereka menjadi malas. Raja Langit memisahkan mereka. Mereka dipisahkan oleh sungai Amanogawa (galaksi Bimasakti) dan hanya dapat bertemu satu tahun sekali. Gadis Penenun berada di bintang Vega dan Laki-laki Penggembala berada di bintang Altair. Pada tanggal tersebut Bintang Altair dan vega paling mudah dilihat. Pada perayaan Tanabata, anak-anak sekolah dan pasangan yang sedang berpacaran menuliskan keinginan, harapan, dan cita-cita masa depan di atas Tanzaku (kertas persegi panjang). Tanzaku kemudian digantung di dahan-dahan pohon bambu bersama-sama dengan hiasan beraneka warna agar keinginan yang dituliskan menjadi terkabul.

Shichi-go-san

Festival untuk mendoakan anak perempuan yang genap berusia 3 dan 7 tahun serta anak laki-laki yang genap berusia 5 tahun. Saat shichi-go-san anak-anak pergi ke kuil Shintō bersama orang tuanya untuk didoakan. Festival ini dilaksanakan setiap 15 November.

Hinamatsuri

Festival anak perempuan. Diadakan setiap tanggal 3 Maret. Di rumah orang Jepang yang mempunyai anak perempuan yang masih kecil biasanya dipajang boneka pasangan pengantin (Hina ningyō). Fungsi boneka tersebut adalah sebagai tempat pembuangan kejelekan. Maksudnya, segala hal buruk yang menimpa anak perempuan diharapkan dapat berpindah ke dalam boneka tersebut.

Setsubun

Diperingati setiap 3 Februari. Saat Setsubun ada tradisi melempar kacang kedelai untuk mengusir setan. Biasanya mereka mengucapkan “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” (Setan di luar! Kebaikan di dalam!)

Koinobori
Koinobori (こいのぼり, 鯉のぼり, atau 鯉幟 bendera koi?) adalah bendera berbentuk ikan koi yang dikibarkan di rumah-rumah di Jepang oleh orang tua yang memiliki anak laki-laki. Pengibaran koinobori dilakukan untuk menyambut perayaan Tango no Sekku.
Menurut penanggalan Imlek, Tango no Sekku jatuh pada tanggal 5 bulan 5 ketika Asia Timur sedang musim hujan. Orang tua yang memiliki anak laki-laki mengibarkan koinobori hingga hari Tango no Sekku untuk mendoakan agar anak laki-lakinya menjadi orang dewasa yang sukses. Setelah Jepang memakai kalender Gregorian, koinobori dikibarkan hingga Hari Anak-anak (5 Mei). Koinobori yang tertiup angin telah menjadi simbol perayaan Hari Anak-anak. Kalau zaman dulu koinobori berkibar di tengah musim hujan, koinobori biasanya sekarang mengingatkan orang Jepang tentang langit biru yang cerah di akhir musim semi.
Satu set koinobori terdiri dari ryūdama, yaguruma, fukinagashi, dan bendera-bendera ikan koi.
  • Ryūdama (bola naga)
Bola yang bisa berputar dipasang di ujung paling atas tiang tempat mengibarkan koinobori.
  • Yaguruma
Roda berjari-jari anak panah yang dipasang di bawah ryūdama. Ryūdama dan yaguruma dipercaya sebagai pengusir arwah jahat.
  • Fukiganashi
Sarung angin berhiaskan panji-panji lima warna (biru, merah, kuning, putih, dan hitam) atau gambar ikan koi. Fukinagashi melambangkan 5 unsur (kayu, api, air, tanah, dan logam), dan dipercaya sebagai penangkal segala penyakit.
  • Koinobori hitam (magoi)
Koinobori berwarna hitam yang melambangkan ayah dikibarkan di bawah fukinagashi.
  • Koinobori merah (higoi) dan koinobori warna lainnya
Koinobori lain yang berukuran lebih kecil dikibarkan di bawah koinobori merah. Pada zaman sekarang, koinobori merah melambangkan ibu, koinobori biru melambangkan putra sulung, dan koinobori hijau melambangkan putra kedua.

 Asal usul

Koinobori berkibar di tengah sawah. Koinobori yang tidak dipasang di tiang melainkan memakai tali.
Dalam Buku Han Akhir (Hou Han Shu) yang merupakan salah satu dari buku sejarah resmi Cina (Sejarah Dua Puluh Empat Dinasti) dikisahkan tentang sebuah air terjun di sungai Sungai Kuning yang alirannya deras. Ikan-ikan berusaha keras memanjat air terjun, namun hanya koi yang berhasil memanjat air terjun dan berubah menjadi naga. Oleh karena itu, koi yang berhasil menaiki air terjun dijadikan simbol kesuksesan dalam hidup.
Tradisi pengibaran koinobori di halaman rumah dimulai oleh kalangan samurai pada pertengahan zaman Edo. Mereka memiliki tradisi merayakan Tango no Sekku dengan memajang peralatan bela diri, seperti yoroi, kabuto, dan boneka samurai. Selain itu, mereka membuat koinobori dari kertas, kain, atau kain bekas yang dijahit dan digambari ikan koi. Koinobori dibuat agar bisa berkibar dan menggelembung bila tertiup angin.
Lukisan koinobori asal zaman Edo oleh Hiroshige (Bukit Suruga dan Jembatan Suido) dari Seratus Pemandangan Terkenal dari Edo
Pada awalnya, orang Jepang hanya mengibarkan koinobori berwarna hitam yang disebut magoi (真鯉?). Koi yang dikibarkan paling atas melambangkan putra sulung dalam keluarga. Sebagai hiasan yang dibuat untuk meramaikan perayaan, koinobori warna lain juga berangsur-angsur mulai dibuat, dan semuanya melambangkan anak laki-laki dalam keluarga. Sejak zaman Meiji, koinobori berwarna merah yang disebut higoi (緋鯉?) mulai dikibarkan untuk menemani koinobori berwarna hitam. Tradisi pengibaran koinobori biru dimulai sejak zaman Showa. Ukuran koinobori biru (kogoi, 子鯉) lebih kecil dari koinobori merah atau hitam, dan melambangkan anak koi.
Pada zaman sekarang sering dijumpai koinobori warna hijau dan oranye yang dimasudkan sebagai anak-anak koi. Di beberapa tempat di Jepang, koinobori bukan saja milik anak laki-laki. Koinobori yang melambangkan adanya anak perempuan dalam keluarga juga ingin ikut dikibarkan. Tersedianya koinobori warna cerah seperti oranye kemungkinan ditujukan untuk keluarga yang memiliki anak perempuan.
Pada 1931, pencipta lagu Miyako Kondo menulis lagu berjudul "Koinobori". Dalam lirik lagu tersebut, koinobori yang besar dan berwarna hitam adalah bapak koi dan koinobori warna lain yang lebih kecil adalah anak-anak koi.[1] Konsep dari lirik lagu tersebut diterima secara luas di tengah rakyat yang sedang di bawah pemerintahan militer. Seusai Perang Dunia II, peran wanita makin penting, dan koinobori warna merah dipakai untuk melambangkan ibu koi. Satu set koinobori akhirnya secara lengkap melambangkan keluarga yang utuh: bapak, ibu, dan putra-putrinya. Hingga kini, lagu "Koinobori" ciptaan Miyako Kondo tetap dinyanyikan anak-anak, namun liriknya tetap sama seperti ketika diciptakan pada tahun 1931.
Berkibarnya koinobori sudah menjadi pemandangan langka di kota-kota besar di Jepang. Makin sedikitnya keluarga di Jepang yang memiliki anak kecil mungkin menjadi penyebabnya. Selain itu, penduduk kota besar tidak lagi tinggal di kompleks perumahan, melainkan di apartemen (mansion) yang tidak memiliki halaman untuk mengibarkan koinobori.

vlad tepes

Vlad III, Pangeran Wallachia (c. 1431 – Desember 1476), dikenal sebagai Vlad Ţepeş (Romanian: Vlad Țepeș pelafalan [ˈvlad ˈt͡sepeʃ] atau Dracula (dalam Bahasa Indonesia seringkali diubah menjadi Drakula), adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, lalu pada 1456 hingga 1462 dan pada tahun 1476.[3]
Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah[4] dan hukuman kejam yang ia berlakukan pada musuh-musuhnya.[5]
Vlad III terkenal karena menginspirasi nama karakter vampir pada novel Bram Stoker tahun 1897, Drakula.[5]
Memerintah 1448; 1456–1462; 1476
Lahir November atau Desember 1431[1]

Schäßburg, Transylvania, kerajaan Hongaria
Meninggal Desember 1476[1]

Bucharest, Wallachia
Istri 1. seorang wanita terhormat Transylvania yang tidak diketahui

2. Ilona Szilágyi
Wangsa House of Drăculești (cabang dari House of Basarab)
Ayah Vlad II Dracul
Ibu Cneajna dari Moldavia

Rabu, 02 Maret 2011

lirik lagu dedap durhaka




semase dulu diselat bengkalis 
dekat bendul tanjung sekudi
tersebut kisah dedap durhake 
budak yang tidak membalas gune 

paislah dedak panggang keluang 
bekal sidedap pergi merantau
setelah kaye lupekan diri 
bunde kandungnye tak diakuinye 

kabullah sumpah bunde kandungnye
turun angin puting beliung 
lancang sidedap menjadi pulau 
tumbuh mempelam manis dan asam